Tradisi Ngitung Batih menjadi wujud kearifan lokal Bumi Menak Sopal. Ngitung Batih berasal dari kata Ngitung atau Ngetung yang berarti menghitung dan Batih yang bermakna anggota keluarga.
Lebur dalam Tahlil Naluri Mbah Hasan Mimbar
Rutinan Tahlil dilaksanakan di Masjid Hasan Mimbar Majan setiap hari Kamis setelah jamaah shalat Isya’. Kamis, 22 Agustus 2019, saya berkunjung untuk mengikuti kegiatan tersebut. Pasalnya Tahlil Naluri adalah kristalisasi proses Islamisasi kerajaan Mataram yang dibawa oleh Mbah Hasan Mimbar. Beliau merupakan utusan Sri Sultan Pakubuwono II Mataram yang ditempatkan di Kadipaten Ngrowo pada tahun 1727 M. Demikian penuturan sejarah dari salah satu Dzuriah Mbah Hasan Mimbar, M. Ali Sodiq.
Tapan, Menuju Pekan Kebudayaan Nasional
Kisah sukses menjadikan Tapan sebagai proyek percontohan desa berhulu kebudayaan, tidak lepas dari orkestrasi gerakan kebudayaan di level akar rumput. Ada keterlibatan aktor-aktor kunci, dukungan seluruh elemen masyarakat dan pemerintah. Juga proses yang dipupuk secara terus menerus.
Pada awalnya, hajatan kebudayaan ini bermula dari penyusunan Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD) pada pertengahan 2018. Tulungagung terpilih menjadi salah satu dari lima (5) kabupaten/kota percontohan.
Bermodal dukungan masyarakat yang melimpah ruah, juga peran pemerintah, penyusunan PPKD Kabupaten Tulungagung tergolong yang paling sukses dari sekitar 300an kabupaten/kota se-Indonesia. Setidaknya, Tim Perumus PPKD saat itu berhasil mendokumentasi tidak kurang dari 1030 obyek kebudayaan.
Mbah Hasan Mimbar dan Pusaka Kiai Golok
Penyebaran agama Islam di daerah tersebut dilakukan oleh Kiai Hasan Mimbar, ketika beliau melakukan syiar Islam pada abad 18 M, ketika kabupaten Tulungagung masih bernama Ngrowo atau Bonorowo.
Gus Muhammad Ali Sodiq menuturkan bahwa pada tahun 1727, Bupati Raden Ngabei Mangundirono memerintahkan Kiai Hasan Mimbar untuk menyebarkan agama Islam di Ngrowo. Perintah tersebut juga merupakan perintah Raja Mataram Sinuhun Pakubuwono II. Atas alasan ini Mbah Hasan Mimbar lalu mendapatkan sebidang tanah yang hari ini dikenali dengan nama Majan. Inilah cikal bakal wilayah tersebut ditetapkan sebagai bumi Perdikan.
Mencicipi ‘Makrifat’ ala HOS Tjokroaminoto
Aktivis Peneleh Regional Tulungagung bekerja sama dengan Gusdurian Bonorowo Tulungagung menyelenggarakan Bedah Buku ‘’Memeriksai ‘Alam Kebenaran’’. Buku ini merupakan buah karya Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto, yang kemudian ‘disyarahi’ oleh Dr. Aji Dedi Mulawarman, Ketua Yayasan Rumah Peneleh.
Ia hadir sebagai narasumber dalam diskusi dan bedah buku tersebut. Selain itu penyelenggara juga menghadirkan Akhol Firdaus, Direktur IJIR IAIN Tulungagung, sebagai pembanding. Acara ini dihelat di Kedai Omah Asri pada Selasa, 10 September 2019. Tidak kurang dari 40 peserta memadati kedai yang berada di depan kampus Dakwah dan Peradaban ini. Sebagian besar peserta merupakan muda-mudi yang tertarik mendiskusikan pemikiran salah satu guru bangsa yang dikenal sebagai mentor bagi tokoh-tokoh pergerakan nasional, tidak terkecuali proklamator kemerdekaan Republik Indonesia, Ir. Soekarno.
Keris Sebagai Budaya Asli Indonesia
![Zulfa Ilma Nuriana [] Mahasiswa Jurusan Psikologi Islam Semester I, IAIN Tulungagung; Staf Magang IJIR []](http://blog.iain-tulungagung.ac.id/pkij/wp-content/uploads/sites/104/2019/08/PKIJ-ZULFA-300x300.png)
Zulfa Ilma Nuriana [] Mahasiswa Jurusan Psikologi Islam Semester I, IAIN Tulungagung; Staf Magang IJIR []
Keris memiliki arti yang luas. Namun pada hakikatnya memiliki persamaan. Sebagaimana dapat dilihat artinya dalam bahasa Jawa dan bahasa Arab. Jarwadhasa kata Keris dalam bahasa Jawa adalah ‘kekeranaris’. ‘Kekeran’ berarti penghalang dan pengendalian. ‘Aris’ berarti tenang. Keris dapat dikaitkan dengan kehidupan manusia, yakni seseorang harus saling mengingatkan dan mengendalikan diri secara bijak sehingga tidak menjadi manusia yang sombong (Sutrisna, 2009: 50).
Diskusi Gender Berbasis Lokalitas
Bertempat di Kantor Institute for Javanese Islam Research (IJIR) IAIN Tulungagung, Forum Perempuan Filsafat (FPF) menyelenggarakan diskusi Lingkar Gayatri dengan tema “Menyingkap Makna Gender” pada hari Jum’at, 6 September 2019. Forum ini merupakan wadah untuk membangun mengarusutamakan gagasan-gagasan tentang “keadilan gender” sekaligus menggali wacana perempuan berbasis lokalitas.
Atas dasar kepentingan yang terakhir tersebut, maka forum kajian ini lalu diberi nama ‘Lingkar Gayatri’. Ada semangat untuk mengembangkan kajian dan penelitian terkait dengan isu-isu perempuan lokal, juga ragam kearifan lokal yang mungkin bersintesis dengan isu-isu keadilan gender.
Mistisisme Jawa
![Chandra Halim Perdana [] Mahasiswa Pascasarjana Prodi AFI IAIN Tulungagung; Peneliti di Institute for Javanese Islam Research []](http://blog.iain-tulungagung.ac.id/pkij/wp-content/uploads/sites/104/2018/04/BLOG-candra-300x300.png)
Chandra Halim Perdana [] Mahasiswa Pascasarjana Prodi AFI IAIN Tulungagung; Peneliti di Institute for Javanese Islam Research []
Saat pandangan tersebut terorganisir, semacam gerakan mistisisme, dikenal dengan nama aliran. Keberadaanya lebih banyak dianggap mengancam. Selain itu, kebatinan terus menerus menjadi sasaran utama peng-agama-an. Padahal, javanisme merupakan jati diri. Sekaligus produk intelektual orang Jawa sendiri.
Ngaji Filologi: Komunikasi Linguistik Roman Jakobson
Kamis, 04 September 2019, acara ‘Ngaji Filologi’ kembali digelar. Acara ini merupakan salah satu progam yang diadakan oleh Departemen Manuskrip Islam Jawa, Institute for Javanese Islam Research (IJIR) IAIN Tulungagung. Bertempat di kantor IJIR, Ngaji Filologi diadakan setelah selesainya Ngaji Manuskrip dan Turats (JIMAT) Nusantara. Acara ini diikuti oleh 20-an mahasiswa dari berbagai jurusan di Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD), IAIN Tulungagung.
Pada pertemuan ketiga ini, acara ini dipandu oleh Hamim Musthofa sebagai pemateri dan Mochammad Chafidz Baihaqi sebagai moderator. Keduanya merupakan mahasiswa Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam (AFI) IAIN Tulungagung, sekaligus staf IJIR. Tema yang diusung kali ini adalah “Formalisme Rusia dan Komunikasi Roman Jakobson”.
Rutinan Jimat Nusantara dan Shalawat Nāriyah
Kamis, malam Jumat wage, 04 September 2019, Institute for Javanese Islam Research (IJIR) IAIN Tulungagung untuk kali ketiga menghelat rutinan Ngaji Manuskrip dan Turats (JIMAT) Nusantara.
Acara dimulai ba’da Maghrib, bertempat di kantor IJIR dan diikuti 30-an santri kalong dari berbagai jurusan IAIN Tulungagung. Pertemuan kali ini membahas tentang Shalawat Nāriyah yang ada di dalam kitab Al-haqibah karya KH. Bisri Musthafa, Rembang.
Recent Comments